Ketikaada orang yang mengucapkan laa ilaaha illallah namun dia masih rajin berbuat syirik, mengagungkan kuburan, gandrung dengan perdukunan, aktif sedekah bumi, larung di laut, berarti perbuatannya bertentangan dengan apa yang dia ikrarkan. Karena dia mempertuhankan selain Allah, meskipun hanya dengan satu ibadah. Asyhaduallaa ilaaha illallah, wa asyhadu anna muhammadan 'abduhuu wa rosuuluh. Artinya: Segala puji bagi Allah yang hanya kepada-Nya kami memuji, memohon pertolongan, dan mohon keampunan. Kami berlindung kepadaNya dari kekejian diri dan kejahatan amalan kami. Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka tidak ada yang dapat menyesatkan Artinya "Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah. Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah". Asyhadu an-laa ilaaha illallaah (ا شهد أن لا إله إلا الله) sering disebut syahadat Tauhid dan Syahadat Tauhid. Syahada ini mesti dibarengi dengan penjiwaan kesaksian kalimah Toyyibah, yaitu sebagai berikut : cash. Image Source Pixabay 1. La Maujuda Illallah Artinya Tidak ada yang maujud kecuali atas ijin dan takdir Allah Pengertian singkatnya adalah bahwa setiap kejadian, baik yang disengaja oleh manusia ataupun tidak, baik yang sesuai dengan keinginan manusia ataupun tidak, yang bersifat biasa ataupun luar biasa, yang manis dan yang pahit, yang baik maupun yang buruk, itu semua adalah atas kudrat dan iradat Allah, atas kuasa dan kehendak Allah. Posisi makhluk termasuk manusia, tidak ada peran sama sekali yang berpengaruh di dalam mewujudkan sesuatu tersebut, ia hanyalah saluran dan sambungan saja. Daya ikhtiar dan akal manusia, bagaimanapun besarnya tidak akan mampu mewujudkan sesuatu, tanpa izin dan kuasa Allah. Ikhtiar dan akal manusia hanya berfungsi sebagai sarana dan penyambung dari kuasa dan kehendak Allah yang Maha Mutlak. Karena itu, manusia harus menyadari akan kelemahan dan kekerdilannya di hadapan Allah Rabbul Izzati. Segala hidup dan kehidupan, bergantung mutlak kepada kuasa dan kehendak Allah, manusia tidak memiliki daya dan kuasa sedikit pun, kecuali atas kehendak dan kuasa Allah. Inilah yang dikatakan wahdatul maujud. 2. Laa Ma’buuda Illallah Artinya Tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah Setelah meyakini wahdatul maujud, artinya segala sesuatu yang maujud selain Allah, itu semua tergantung kudrat dan iradat Allah, selanjutnya kita harus meyakini bahwa semua yang dijadikan atas takdir Allah itu tidak ada yang sia-sia, tetapi semuanya itu untuk menjadi sarana dan medan pengabdian manusia kepada-Nya. Seorang Mukmin harus bertekad bahwa segala takdir yang terjadi pada dirinya, di mana saja, kapan saja dan bagaimanapun keadaannya, hanya akan dijadikan sarana beribadah dan mengabdi kepada Allah saja. Sebab kalau kosong dari nilai ibadah kepada Allah, dia akan terjebak kepada syirik atau maksiat kepada Allah. Hal ini biasa disebut wahdatul ma’bud atau tauhidul ibadah. 3. Laa Mathluba Illallah Artinya Tidak ada yang dicari untuk ditaati dan dicari untuk dihindari, kecuali perintah dan larangan Allah saja Setelah meyakini bahwa segala takdir yang datang kepada kita adalah untuk sarana ibadah kepada Allah, maka kita harus yakin bahwa segala takdir itu mengandung perintah dan larangan dari Allah yang terperinci. Kita harus berusaha mewarnai kehidupan kita sehari-hari dengan warna Islam saja, jangan sampai sesaat pun diri kita lepas dari nilai Islam, yang telah kita yakini sebagai satu-satunya Dienullah, sistem hidup yang telah digariskan Allah, yang membawa kemaslahatan kehidupan di dunia dan akhirat. Inilah wahdatul mathlub, artinya kebulatan gerak dan langkah sepanjang aturan-aturan Allah saja. 4. Laa Maqsuuda Illallah Artinya tidak ada yang dituju dimaksud kecuali keridhaan Allah Setelah kita berada di jalan Allah, dengan melaksanakan sistem Islam dalam seluruh aspek kehidupan sehari-hari, jangan sampai kita menyimpang dari arah dan tujuan hakiki yaitu keridhaan Allah. Jauhkan diri kita dari sifat riya, takabur ambisi dan tujuan-tujuan duniawi lainnya, yang dapat menghapuskan nilai amal kita. Jadi, kita melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, merealisasikan sistem Islam dan menjauhi sistem thaghut, itu tujuannya semata-mata ikhlas mencari keridhaan Allah, bukan yang lainnya. Inilah wahdatul maqshud satu tujuan hanya untuk Allah. Dengan berlindung kepada Allah Swt, Pencetusan Api Ma’rifattullah dalam kalimah “ALLAH” Syah dan, nama Allah itu tidak akan pernah dapat dihilangkan, sebab nama Allah itu akan menjadikan Zikir bagi para Malaikat, Zikir para burung, Zikir para binatang melata, Zikir tumbuh-tumbuhan dan Zikir dari Nasar yang 4 tanah, air, angin dan api serta zikir segala makhluk yang ada pada 7 lapis langit dan 7 lapis bumi, juga zikir makhluk yang berdiam diantara langit dan bumi. buka…..Al-Qur’an, Surah At-thalaq, ayat 1. Adapun zikir para makhluk Allah yang kami sebutkan tadi tidaklah sama logatnya, dan tidak sama pula bunyi dan bacaannya. Tidak sedikit para akhli Sufi dan para wali-wali Allah yang telah mendengar akan bunyi zikir para makhluk itu, sungguh sangat beraneka ragam bunyinya. Dalam Kitab Taurat, nama Zat yang maha Esa itu ada 300 banyaknya yang ditulis menurut bahasa Taurat, dalam Kitab Zabur juga ada 300 banyaknya nama Zat yang maha esa itu yang ditulis dengan bahasa Zabur. Dalam Kitab Injil juga ada 300 banyaknya nama Zat yang Esa itu yang ditulis dengan bahasa Injil, dan dalam Kitab Al-Qur’an juga ada 99 nama Zat yang esa itu ditulis dalam bahasa Arab. Jika kita berhitung maka dari keempat kitab itu yang ditulis berdasarkan versinya, maka akan ada 999 nama bagi zat yang maha esa itu, dari jumlah tersebut maka yang 998 nama itu, adalah nama dari Sifat Zat yang maha Esa, sedangkan nama dari pada Zat yang maha esa itu hanya satu saja, yaitu “ ALLAH ”. [6/3, 655 PM] UW-kusumo Diterangkan didalam Kitab Fathurrahman, berbahasa Arab, yaitu pada halaman 523. disebutkan bahwa nama Allah itu tertulis didalam Al-Qur’an sebanyak tempat. Apa kiranya hikmah yang dapat kita ambil mengapa begitu banyak nama Allah, Zat yang maha Esa itu bagi kita…? Allah, Zat yang maha esa, berpesan “ Wahai Hambaku janganlah kamu sekalian lupa kepada namaku “ Maksudnya Allah itu namaku dan Zatku, dan tidak akan pernah bercerai, Namaku dan Zatku itu satu. Allah Swt juga telah menurunkan 100 kitab kepada para nabi-nabinya, kemudian ditambah 4 kitab lagi sehingga jumlah keseluruhan kitab yang telah diturunkan-Nya berjumlah 104 buah kitab, dan yang 103 buah kitab itu rahasianya terhimpun didalam Al-Qur’annul karim, dan rahasia Al-Qur’annul karim itu pun rahasianya terletak pada kalimah “ALLAH”. Begitu pula dengan kalimah La Ilaha Ilallah, jika ditulis dalam bahasa arab ada 12 huruf, dan jika digugurkan 8 huruf pada awal kalimah La Ilaha Ilallah, maka akan tertinggal 4 huruf saja, yaitu Allah. Ma’na kalimah ALLAH itu adalah sebuah nama saja, sekalipun digugurkan satu persatu nilainya tidak akan pernah berkurang, bahkan akan mengandung ma’na dan arti yang mendalam, dan mengandung rahasia penting bagi kehidupan kita selaku umat manusia yang telah diciptakan oleh Allah Swt dalam bentuk yang paling sempurna. ALLAH jika diarabkan maka Ia akan berhuruf dasar Alif, Lam diawal, Lam diakhir dan kata ingin kita melihat kesempurnaannya maka gugurkanlah satu persatu atau huruf demi hurufnya. • Gugurkan huruf pertamanya, yaitu huruf Alif ا , maka akan tersisa 3 huruf saja dan bunyinya tidak Allah lagi tetapi akan berbunyi Lillah, artinya bagi Allah, dari Allah, kepada Allahlah kembalinya segala makhluk. • Gugurkan huruf keduanya, yaitu huruf Lam awal ل , maka akan tersisa 2 huruf saja dan bunyinya tidak lillah lagi tetapi akan berbunyi Lahu. Lahu Mafissamawati wal Ardi, artinya Bagi Allah segala apa saja yang ada pada tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi. • Gugurkan huruf ketiganya, yaitu huruf Lam akhir ل, maka akan tersisa 1 huruf saja dan bunyinya tidak lahu lagi tetapi Hu, Huwal haiyul qayum, artinya Zat Allah yang hidup dan berdiri sendirinya. Kalimah HU ringkasnya dari kalimah Huwa, sebenarnya setiap kalimah Huwa, artinya Zat, misalnya Qul Huwallahu Ahad., artinya Zat yang bersifat kesempurnaan yang dinamai Allah. Yang dimaksud kalimah HU itu menjadi berbunyi AH, artinya Zat. Bagi sufi, napas kita yang keluar masuk semasa kita masih hidup ini berisi amal bathin, yaitu HU, kembali napas turun di isi dengan kalimah ALLAH, kebawah tiada berbatas dan keatas tiada terhingga. Perhatikan beberapa pengguguran – pengguguran dibawah ini Ketahui pula olehmu, jika pada kalimah ALLAH itu kita gugurkan Lam ل pertama dan Lam ل keduanya, maka tinggallah dua huruf yang awal dan huruf yang akhir dipangkal dan diakhir, yaitu huruf Alif dan huruf Ha dibaca AH. Kalimah ini AH tidak dibaca lagi dengan nafas yang keluar masuk dan tidak dibaca lagi dengan nafas keatas atau kebawah tetapi hanya dibaca dengan titik. Kalimah AH, jika dituliskan dengan huruf Arab, terdiri 2 huruf, artinya dalam bahasa disebutkan INTAHA Kesudahan dan keakhiran, seandai saja kita berjalan mencari Allah tentu akan ada permulaannya dan tentunya juga akan ada kesudahannya, akan tetapi kalau sudah sampai lafald Zikir AH, maka sampailah perjalanan itu ketujuan yang dimaksudkan. Silahkan bertanya kepada akhlinya Selanjutnya gugurkan Huruf Awalnya, yaitu huruf ALIF dan gugurkan huruf akhirnya, yaitu huruf HA, maka akan tersisa 2 buah huruf ditengahnya yaitu huruf LAM pertama Lam Alif dan huruf LAM kedua La Nafiah. Qaidah para sufi menyatakan tujuannya adalah Jika berkata LA Tidak ada Tuhan, ILLA Ada Tuhan, Nafi mengandung Isbat, Isbat mengandung Nafi tiada bercerai atau terpisah Nafi dan Isbat itu. Selanjutnya gugurkan huruf LAM kedua dan huruf HU, maka yang tertinggal juga dua huruf, yaitu huruf Alif dan huruf Lam yang pertama, kedua huruf yang tertinggal itu dinamai Alif Lam La’tif dan kedua huruf itu menunjukkan Zat Allah, maksudnya Ma’rifat yang sema’rifatnya dalam artian yang mendalam, bahwa kalimah Allah bukan NAKIRAH, kalimah Allah adalah Ma’rifat, yakni Isyarat dari huruf Alif dan Lam yang pertama pada awal kalimah ALLAH. Gugurkan tiga huruf sekaligus, yaitu huruf LAM pertama, LAM kedua, dan HU maka tinggallah huruf yang paling tunggal dari segala yang tunggal, yaitu huruf Alif Alif tunggal yang berdiri sendirinya. Berilah tanda pada huruf Alif yang tunggal itu dengan tanda Atas, Bawah dan depan, maka akan berbunyi dan setiap berbunyi A maka dipahamhan Ada Zat Allah, begitu pula dengan bunyi I dan U, dipahamkan Ada Zat Allah dan jika semua bunyi itu dipahamkan Ada Zat Allah, berarti segala bunyi/suara didalam alam, baik itu yang terbit atau datangnya dari alam Nasar yang empat Tanah, Air, Angin dan Api maupun yang datangnya dan keluar dari mulut makhluk Ada Zat Allah. Penegasannya bunyi atau suara yang datang dan terbit dari apa saja kesemuanya itu berbunyi ALLAH, nama dari Zat yang maha Esa sedangkan huruf Alif itulah dasar asal dari huruf Arab yang banyaknya ada 28 huruf. Dengan demikian maka jika kita melihat huruf Alif maka seakan-akan kita telah melihat 28 huruf yang ada. Lihat dan perhatikan sebuah biji pada tumbuh-tumbuhan, dari biji itulah asal usul segala urat, batang, daun, ranting, dahan dan buahnya. Syuhudul Wahdah Fil Kasrah, Syuhudul Kasrah Fil Wahdah. Pandang yang satu kepada yang banyak dan pandang yang banyak kepada yang satu maka yang ada hanya satu saja yaitu satu Zat dan dari Zat itulah datangnya Alam beserta isinya. Al-Qur’an yang jumlah ayatnya 6666 ayat akan terhimpun kedalam Suratul Fatekha, dan Suratul Fatekha itu akan terhimpun pada Basmallah, dan Basmallah itupun akan terhimpun pada huruf BA, dan huruf BA akan terhimpun pada titiknya Nuktah. Jika kita tilik dengan jeli maka titik itulah yang akan menjadi segala huruf, terlihat banyak padahal ia satu dan terlihat satu padahal ia banyak. Selanjutnya Huruf-huruf lafald Allah yang telah digugurkan maka tinggallah empat huruf yang ada diatas lafald Allah tadi, yaitu huruf TASYDID bergigi tiga, terdiri dari tiga huruf Alif diatas Tasydid adalagi satu huruf Alif. Keempat huruf Tasydid itu adalah isyarat bahwa Tuhan itu Ada, maka wajib bagi kita untuk mentauhidkan Asma Allah, Af’al Allah, Sifat Allah dan Zat Allah. Langkah terakhir gugurkan keseluruhannya, maka yang akan tinggal adalah kosong. LA SAUTUN WALA HARFUN, artinya tidak ada huruf dan tiada suara, inilah kalam Allah yang Qadim, tidak bercerai dan terpisah sifat dengan Zat. Tarku Mayiwallah meninggalkan selain Allah Zat Allah saja yang ada. La Maujuda Illallah tidak ada yang ada hanya Allah. Lafal Lailahailallah tentu sangat familiar di kehidupan kita sehari-hari, mengingat bacaan zikir ini sering menjadi amalan selepas salat kamu sudah terbiasa juga dengan amalan salah satu zikir yang paling utama ini. Namun, tahukah kamu apa makna dari lafal tersebut dan seperti apa keutamaannya?Di bawah ini, telah merangkum ulasan lengkap mengenai lafal zikir tersebut dan keutamaannya bagi umat Islam. Langsung saja, yuk, simak!Makna dan Arti LaillahailallahLâ mabûda bihaqqin illallâhLâ masyhûda bihaqqin illallâhLâ maujûda bihaqqin illallâhMakna-makna turunannyaKeutamaan Membaca LailahailallahDihapusnya 4000 Macam Dosa BesarKunci Kebahagiaan di AkhiratKesalahan dalam Memaknai LailahailallahMengucapkan Lailahailallah tapi Percaya KemusyrikanMengucapkan Lailahailallah Tanpa Beramal SalihManfaat Bacaan Zikir Laillahailallah MuhammadarrasulullahCara Zikir Lailahaillallah yang Diajarkan Para UlamaMakna dan Arti LaillahailallahSecara umum, arti lafal tersebut adalah pernyataan keesaan Allah Swt. sebagai Tuhan bagi alam semesta. Akan tetapi, ada makna mendalam yang bahkan sering menjadi bahan diskusi para ulama mengenai penafsiran dari kalimat tauhid Al-Quran sendiri, kamu bisa menemukan penjelasan mengenai makna keesaan Allah Swt. dalam Surah al-Hajj ayat 62 yang berbunyiذَٰلِكَ بِأَنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِن دُونِهِۦ هُوَ ٱلْبَٰطِلُ وَأَنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلْعَلِىُّ ٱلْكَبِيرُżaalika bi`annallaaha huwal-ḥaqqu wa anna maa yad’ụna min dụnihii huwal-baaṭilu wa annallaaha huwal-aliyyul-kabiirArtinyaKuasa Allah yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah Tuhan Yang Haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah, itulah yang batil, dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha demikian, tak jarang kalimat tauhid tersebut dimaknai oleh masyarakat seperti “tidak ada wujud yang haqiqi selain Allah” dan “tidak ada penguasa abadi selain Allah”.Sebagian yang lain juga memaknai kalimat tauhid tersebut seperti ini “tidak ada pengatur alam semesta selain Allah” dan “tidak ada yang berkuasa selain yang menjadi pertanyaan adalah mana dari makna-makan tersebut yang benar dan sesuai?Tentu kita semua tidak ada yang salah dari kalimat-kalimat tersebut. Akan tetapi, jika hal tersebut diyakini sebagai makna Lailahailallah, tentu merupakan suatu memaknainya dengan benar, kamu bisa menyimak penjelasan para ulama yang akan bahas di bawah mabûda bihaqqin illallâhSebagaimana dijelaskan oleh Syekh Muhammad Abdul Qadir Khalil dalam Aqidah al-Tauhid fi Al-Qur’an al-Karim, para ulama tauhid telah sepakat bahwa makna kalimat tauhid tersebut bukan lah “Lâ mabûda illallâh” yang artinya tiada Tuhan yang disembah selain Allah “Lâ mabûda bihaqqin illallâh”, yaitu tiada Tuhan yang disembah dengan hak kecuali Allah Muhammad Abdul menambahkan apabila makna yang digunakan adalah yang pertama maka kenyataannya tidak lah makna Lailahailallah yang pertama seakan mengasumsikan bahwa ada tuhan-tuhan lain di luar sana selain Allah Swt. yang disembah. Padahal satu-satunya Tuhan yang berhak disembah dengan sungguh-sungguh hanya lah Allah karena itu, perlu dipastikan bahwa makna kalimat tauhid tersebut adalah tiada Tuhan yang hak kecuali Allah Ta’ sisi lain, Syekh Muhammad Abdul juga menjelaskan bahwa kalimat tersebut secara retorika memiliki gaya bahasa baik itsbat dan qashr kalimat Lailahailallah menggunakan gaya bahasa yang membatasi makna dengan penerapan negasi pada salah satu dan menetapkan hal ini, yang dinegasikan adalah kalimat La ilaha dan yang ditetapkan adalah kalimat illallah. Dengan begitu kalimat tersebut menegaskan keesaan Allah Ta’ala. Jika yang diterapkan hanya gaya bahasa itsbat atau penetapan, maka pengertiannya tidak akan membatasi keterlibatan tuhan jika nafyi saya yang dipakai, kalimat tersebut maknanya akan ternafsikan jika kalimat tauhid hanya allahu ilahun yang artinya adalah Allah itu Tuhan, maka kita belum bertauhid saat adalah karena kelemahan kalimat tersebut dan tidak adanya yang menegasikan kemungkinan tuhan-tuhan sebagaimana firman Allah Swt. dalam Al-Quran Surah al-Baqarah ayat 163, Dia adalah Tuhan Yang Maha Esaوَإِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَٰحِدٌ ۖ لَّآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلرَّحْمَٰنُ ٱلرَّحِيمُWa ilaahukum ilāhuw waaḥid, laa ilaaha illaa huwar-raḥmaanur-raḥiimArtinyaDan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha masyhûda bihaqqin illallâhSelain memiliki makna Lâ mabûda bihaqqin illallâh, Lailahailallah juga mempunyai makna lain, yaitu Lâ masyhûda bihaqqin illallâh yang dalam Bahasa Indonesia berarti tiada Tuhan yang berhak disembah selain yang satu ini juga ditegaskan dalam kutipan Al-Quran Surah al-Fatihah, yaitu Iyyaka na’budu yang artinya Hanya kepada Engkau kami dengan sebelumnya, gaya bahasa yang dipakai di sini juga qashr. Yang membedakan hanya kalimat tersebut tidak secara khusus sama-sama menggunakan itsbat dan qashr nafyi, melainkan qashr taqdim ma haqquhu al-ta’ bahasa tersebut mendahulukan bagian kalimat yang umumnya digunakan di akhir. Jika tidak menggunakan gaya bahasa qashr, kalimat Iyyaka na’budu akan berbunyi Na’buduka saja, yaitu Kamu menyembah Engkau’.Jadi, dalam hal ini, laihailallah dapat dimaknai bahwa tidak ada yang terpikir oleh kita saat beribadah kecuali Allah Ta’ala dan tidak ada pula yang bisa menghalangi kita untuk beribadah maujûda bihaqqin illallâhSelain dua makna di atas, kalimat tauhid yang sedang kita bahas juga dapat dimaknai Lâ maujûda bihaqqin illallâh, yaitu tiada yang disaksikan dengan hak selain semua hal yang dilihat dan disaksikan adalah semata-mata karena wujud dan kebesaran Allah ada yang disaksikan kecuali kehendak, rencana, hikmah, dan kekuasaan-Nya semata. Tidak ada pula hal buruk yang ada di sisi Allah oleh Syekh Abu Al-Hasan Nuruddin dalam al-Radd ala al-Qa’ilin bin Wahdatil Wujud bahwa seseorang yang sudah memaknai kalimat tersebut sampai ke batas ini hanya akan melihat Allah sebagai Zat yang ada di depannya, tak ada lah yang juga terjadi pada al-Hallaj saat menyatakan “Ana al-haqq.”Lebih lanjut Syekh Abu Al-Hasan menyimpulkan makna kalimat Lailahailallah, yaitu bahwa La ma’buda merupakan makna syariat, La masyhuda merupakan makna hakikat, sedangkan La maujuda merupakan makna turunannyaKetiga makna utama yang sudah disebutkan di atas juga memiliki beberapa turunan, seperti La mahbûba bihaqqin illallâh yang artinya tiada yang dicintai dengan hak selain Allah dan Lâ maqdûra bihaqqin illallâh, yaitu tiada yang dikuasakan dengan hak selain artinya juga bisa dimaknai sebagai Lâ maqshûda bihaqqin illallâh, yaitu tiada yang dituju dengan hak selain Allah, Lâ mas’ûla bihaqqin illallâh yang berarti tiada yang diminta dengan hak selain Allah, dan untuk mendukung pengertian-pengertian di atas, Syekh Abdurrahman ibn Muhammad menjelaskan bahwa para ulama juga mempersyaratkan setidaknya delapan hal, salah satunya adalah mempunyai pengetahuan untuk menafikan lainnya adalah mempunyai kepatuhan untuk menafikan ketidaktaatan, mempunyai keyakinan untuk menafikan keraguan, mempunyai kekufuran pada hal-hal lain selain Allah Swt., dan mempunyai keikhlasan untuk menafikan itu, dipersyaratkan juga untuk mempunyai penerimaan untuk menafikan penolakan, mempunyai kecintaan untuk menafikan kebencian, dan yang terakhir mempunyai kejujuran untuk menafikan Membaca LailahailallahDalam sebuah riwayat, Nabi Muhammad saw. pernah berpesan kepada Sayyidina Ali Karramallahu Wajahah mengenai zikir khusus yang dapat mendekatkan umat Muslim kepada Allah Swt. dan yang lebih berat dari dunia itu, Rasulullah menjelaskan bahwa bacaan yang paling utama adalah “laillahailallah”. Lafal tersebut lah yang selalu beliau ucapkan dan begitu juga dengan nabi serta rasul tersebut kemudian diturunkan oleh Sayyidina Ali kepada para sahabat-sahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in sampai sekarang diketahui oleh seluruh umat ini juga lah yang mempertegas keutamaan membaca lafal tersebut dan mengamalkannya sebagai bagian dari zikir 4000 Macam Dosa BesarBacaan zikir ini dianjurkan bagi Nabi Muhammad saw. bukan tanpa alasan. Dalam salah satu hadis yang diriwayatkan oleh sahabat Anas disebutkan bahwa membaca kalimat tauhid dapat menghapus berbagai macam dosa besar. Berikut bunyi potongan hadis tersebutمَنْ قَالَ لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ وَمَدَّهَا هُدِمَتْ لَهُ أَرْبَعَةُ آلافِ ذَنْبٍ مِنَ الْكَبَائِرِManqala ilahailallahu wamadda hha hhudimat lamu arba’atu aafidzanbin minalkaba iruArtinyaSesungguhnya barang siapa membaca kalimat Tauhid لآ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ dan memanjangkannya, maka baginya akan dihapus empat ribu macam dosa besarSaat mendengar mengenai hal tersebut, para sahabat pun bertanya kepada Nabi Muhammad saw. bagaimana jika seseorang yang mengamalkan hal tersebut tidak mempunyai satu pun dosa hal tersebut, Rasulullah menjelaskan bahwa dosa keluarga dan orang-orang terdekatnya lah yang akan dihapus jika kasusnya Kebahagiaan di AkhiratMembaca zikir Lailahailallah ternyata bukan hanya dianjurkan oleh Nabi Muhammad saw. saja. Nabi-nabi sebelum Rasulullah juga menganjurkan hal yang sama, seperti diriwayatkan dari Wahab bin Manbah, berikut iniعن وهب بن منبه رضي الله عنه قال قرأت في آخر زبور داود عليه الصلاة والسلام ثلاثين سطرا يا داود هل تدرى أي المؤمنين أحب إلى أن أطيل حياته الذي إذا قال لا إله إلا الله اقشعر جلده وإني أكره لذلك الموت كما تكره الوالدة لولدها ولابد له منه انى أريد ان أسره في دار سوى هذه الدار فان نعيمها بلاء ورخاءها شدة فيها عدولا يألوهم خبالا يجرى منهم مجرى الدم من أجل ذلك عجلت أوليائي إلى الجنة لولا ذلك لما مات أدم عليه السلام وولده حتى ينفخArtinyaDiriwayatkan dari Wahab bin Manbah bahwa dia pernah berkata “aku telah membaca tiga puluh baris terakhir dari kitab zaburnya Nabi Daud as. di dalamnya diterangkan Allah berfirman kepada Nabi Daud “apakah kau tahu orang mukmin yang paling aku inginkan untuk ku panjangkan umurnya?” Nabi Dawud menjawab “tidak tahu”. Kemudian Allah menjelaskan “yaitu orang mu’min yang jika membaca kalimat tauhid akan merinding bulu-bulanya. Dan aku sangat membenci tidak ingnkan orang mu’min seperti itu lekas mati, seperti orang tua yang tidak rela anaknya mati. Sesungguhnya aku ingin sekali menyenangkannya di rumah yang bukan rumah ini fana = dunia. Karena kenikmatan di dunia ini merupakan cobaan, dan kemewahan-kemewahan itu hanyalah kesengsaraan. Di samping itu di dunia banyak musuh yang mondar-mandir terus mengalir menyelebunginya seperti aliran darah yang mengajak pada kerusakan. Oleh karena itu aku segerakan mereka para kekasihku mati lalu masuk ke surgaku. Andaikata tidak demikian, niscaya tidak akan mati Nabi adam dan anak cucunya hingga ditiupnya sangka kala. Demikianlah posisi pentingnya kalimat tauhid لآ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ bagi seorang mu’min, ia tidak sekedar sebagai kalimat pengakuan keesaan Allah swt, akan tetapi juga sebagai kunci menuju kesuksesan hidup di akhirat nanti. Sebagaimana janji Allah yang dijelaskan kepada Nabi Dawud as. Karena itulah dikatakan مفتاح الجنة لآ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ bahwa pintu surga adalah la ilaha hadis di atas menjelaskan bahwa bacaan tauhid tersebut juga mempunyai keutamaan sebagai kunci kebahagiaan dan kesuksesan di orang-orang yang membaca kalimat tauhid dengan khusyuk, Allah Swt. akan menyelamatkannya dari kefanaan dunia yang penuh dengan musuh dan Swt. juga menjanjikan surga-Nya bagi orang-orang yang senantiasa mengucapkan kalimat tauhid tersebut dengan hatinya yang paling di atas menegaskan betapa pentingnya kalimat tauhid Lailahailallah bagi umat Islam. Kalimat tersebut bukan hanya sebagai bentuk pengakuan kita sebagai manusia atas keesaan Allah tetapi, dengan membaca dan mengamalkan kalimat tersebut dalam zikir serta doa, kita juga telah membuka salah satu pintu menuju kesuksesan hidup di akhirat dalam Memaknai LailahailallahTak jarang kesalahan memahami kalimat tauhid tersebut menimbulkan konsekuensi yang serius. Jika kesalahan hanya ada di tataran wacana, masalahnya tentu tidak begitu tetapi, yang sering terjadi adalah orang-orang menggunakan kesalahpahaman atas kalimat tauhid tersebut sebagai pembenar untuk melakukan perbuatan-perbuatan semacam ini bahkan bukan hanya sering terjadi di masa Muslim modern seperti saat ini, tetapi juga di zaman para ulama-ulama besar Lailahailallah tapi Percaya KemusyrikanAda kasus pelaku perdukunan dan klenik serta pemuja kubur yang bersikeras menolak bahwa perbuatan mereka adalah bagian dari kesyirikan. Sebab, mereka masih percaya bahwa Allah Swt. lah Yang Maha meyakini bahwa selama mereka masih percaya bahwa Allah Ta’ala yang mengatur alam semesta, menciptakan kehidupan, dan mengatur rezeki umat-Nya, artinya mereka masih memegang bisa membuktikan dengan cara mewawancarai orang-orang yang memuja kubur atau mereka yang menggunakan jasa tersebut bisa jadi mempunyai KTP Muslim dan menganggap bahwa mereka juga masih seorang Muslim selama mereka masih mengucapkan kalimat tauhid dan mengakui keberadaan Allah mengucapkan kalimat tauhid tersebut tanpa pemahaman yang benar dan mengamalkannya tidak mempunyai pengaruh apa kalimat tauhid bukan hanya untuk diucapkan secara lisan saja, tetapi juga tentang bagaimana kita yang perlu diingat adalah, hanya mereka yang memahami makna Lailahailallah dengan benar lah yang mendapatkan jaminan surga Allah ini juga dipertegas dalam hadis riwayat Muslim dari Utsman bin Affan ra. yang berbunyiمَنْ مَاتَ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَMan maata wahhuwa ya’lahu annahu la ilaha illallahu dakhalal janahArtinya“Barangsiapa yang meninggal dalam keadaan mengetahui bahwa sesungguhnya tiada sembahan yang berhak disembah kecuali Allah maka akan masuk Surga”. HR. Muslim 145Mengucapkan Lailahailallah Tanpa Beramal SalihKesalahan ini juga patut disebut penyakit yang sering mendarah daging di masyarakat, yaitu membaca kalimat tauhid dijadikan alasan untuk tidak yang salah tersebut biasanya dibarengi dengan tidak peduli dengan agamanya, tidak salat, dan tidak menunaikan diingatkan tentang ibadahnya, orang-orang seperti ini biasanya akan beralasan yang penting mereka masih memiliki seperti ini ternyata bukan hanya terjadi di masa sekarang saja, pada zaman ulama Tabiin Wahb bin Munabbih juga sudah ada pemahaman keliru semacam ada yang pemahaman bahwa selama seseorang sudah mengucapkan kalimat tauhid tersebut, artinya ia sudah terjamin masuk surga meskipun tidak tidak demikian adanya. Imam Wahb bin Munabih menanggapi pemahaman tersebut sebagaimana tertulis dalam hadis riwayat Bukhari berikut iniبلى ولكن ليس من مفتاح إلا له أسنان فإن أتيت بمفتاح له أسنان فتح لك وإلا لم يفتحArtinya“Benar, laa ilaaha illallah adalah kunci surga. Namun bukankah setiap kunci harus punya gigi. Jika kamu membawa kunci yang ada giginya, dibukakan surga untukmu, jika tidak ada giginya, tidak dibukakan surga untukmu.” HR. Bukhari secara Muallaq sebelum hadis no. 1237 dan disebutkan Abu Nuaim secara Maushul dalam al-Hilyah 4/66.Poin pentingnya adalah jika kamu ingin zikir Lailahailallah diterima, maka kamu harus membarenginya dengan beramal Bacaan Zikir Laillahailallah MuhammadarrasulullahSelain membaca kalimat tauhid, tak jarang kita juga mendengar lantunan zikir tersebut diikuti dengan kalimat Muhammad Rasulullah. Jika kalimat tauhid menyatakan keesaan Allah Swt. seperti yang telah dibahas di atas. Kalimat selanjutnya adalah penegasan bahwa Nabi Muhammad saw. adalah apa faedah atau manfaat dari zikir tersebut bagi umat Islam? Tujuan utamanya tentu untuk mendekatkan diri kita pada Allah Swt., tetapi adakah faedah yang dimiliki zikir ini?Dalam kitab Syarah Ummul Barahin, Imam Abdullah Muhammad bin Yusuf as-Sanusy al-Asy’ary menjelaskan keutamaan-keutamaan meng-istiqamah-kan bacaan Lailahailallah Muhamadarrasulullah. Faidah yang dimaksud dibagi menjadi dua kategori, yaitu kembali pada karomah dan kembali pada budi yang pertama, yaitu kembali pada karamah, masuk ke dalam kategori amr khariqul adah atau perkara di luar kebiasaan. Berikut di antaranyaKemudahan dalam memperoleh barang atau uang yang keberkahan dalam makanan yang dihidangkan. Misalnya, makanan sedikit pun bisa cukup untuk orang banyak. Contoh lainnya adalah yang terlihat pada para hakikat apa yang hendak dipakainya. Misalnya dalam hal makanan, kamu bisa mengerti mana yang haram dan halal dengan mudah karena memahami tanda-tanda yang yang kedua, yaitu kembali pada budi pekerti, keutamannya terbagi menjadi delapan, seperti berikutMenumbuhkan sifat tawakal, yakni kepercayaan hati pada Allah Swt. sebagai Yang Maha Haq dan Maha Pemelihara. Seseorang yang senantiasa bertawakal kepada Allah akan memiliki jiwa yang tenang dan tidak bimbang saat menghadapi apa sifat zuhud pada diri, yaitu kosongnya hati dari mengandalkan sesuatu pada hal yang fana atau sifat kaya dalam hati, artinya hati kita terselamatkan dari fitnah orang lain karena berbagai sifat malu yang dapat membuat kita semakin mengagungkan Allah Swt. dan mengingat-Nya setiap saat. Sifat ini juga mencegah diri untuk mengadu pada makhluk lain dan hanya mengadu rasa syukur sehingga selalu memuji Allah Swt. dan melihat nikmat dalam berbagai hal, termasuk di sela-sela sifat futuwah, yakni menjauhkan diri dari meminta makhluk lain untuk melakukan perbuatan baik kepada kita. Sebab, seluruh kebaikan bersumber dari Allah sifat fakir, yaitu memutuskan hati dari kebahagiaan saat memperoleh hal-hal yang bersifat beberapa keutamaan dalam pembahasan sebelumnya, ada banyak keutamaan lainnya dari membaca zikir Lailahailallah Muhammadarrasulullah. Cara Zikir Lailahaillallah yang Diajarkan Para UlamaTerakhir, kamu bisa membaca zikir tauhid ini dengan cara yang diajarkan para ulama, yaitu dengan memanjangkan lafal La’ sambil memalingkan kepala ke sebelah saat melafalkan Ilaha’ hendaknya kepala digerakkan kembali ke bagian tengah. Sedangkan saat melafalkan Ilallah’, palingkan kepala ke sebelah lupa untuk menghayati makna setiap lafal Lailahailallah tersebut dan dapat juga disambung dengan kalimat Muhammadarasulullah’ sebagai pelengkap. Wallahu’

la maujuda illallah artinya